Trading as a Business, Mengasah Mental Bertarung
Saya memang sudah terjun di market sebagai pemodal. Sementara ini, masih mencari gaya yang pas. Bukan investor yang buy dan hold, tetapi lebih sebagai trader. Weekend ini saya mencoba belajar dari nol sebuah tutorial di investopedia berjudul How to start trading, karya Jean Folger.
Meski sudah terjun sebagai pemodal, saya belum termasuk kategori trading for living. Trading for living ini adalah aktivitas orang yang memang sudah full time trader atau menggantungkan nafkahnya dari aktivitas trading.
Banyak yang tertarik untuk trading for a living, antara lain, tidak ada atasan tetapi menjadi bos untuk diri sendiri, dapat menentukan jadwal sendiri dan bekerja dari rumah atau dari mana pun sepanjang terhubung dengan internet sembari menikmati potensi penghasilan tak terbatas.
Menariknya, tidak seperti pekerjaan lain, untuk menjadi trader for a living tidaklah dipersyaratkan gelar atau spesialisasi tertentu, pendidikan khusus, atau pengalaman khusus.
Hanya saja, untuk bisa sukses trading sebagai bisnis, kita dituntut untuk komitmen terhadap waktu, mengatur emosi serta menajemen keuangan yang tepat.
Jean Folger dalam tulisannya di Investopedia itu mengungkapkan fakta tentang trading sebagai berikut:
Ya, trading saham memang sangat gampang. Kita hanya perlu membuka akun di sekuritas kemudian mencet tombol buy setelah mendepositkan modal. Tapi, memperoleh gain tentu tak semudah itu.
Banyak trader mengalami kegagalan di tahun pertamannya--sebenarnya bisa saja di tahun-tahun kemudian-- karena tidak memiliki trading plan. Tak hanya di saham, setiap bisnis yang kurang atau bahkan tanpa perencanaan matang cenderung gagal.
Setelah terjun di market, kita bakal menemui banyak noise, termasuk iklan yang gencar dari para penjual stockpick yang menawarkan mimpi mudahnya meraih kekayaan dari main saham. Ada banyak sekali penjual stockpick yang mencari klien dengan tawaran menggiurkan. Bukan hanya penjual stockpick sih, tapi juga penjual seminar, training, hingga yang memberikan panduan dengan imbalan fee sekian persen dari gain yang kalau loss tidak mengompensasi kerugian.
"For most people, trading involves a lot of hard work before becoming successful," Investopedia.
Sebagai bisnis, trading menuntut syarat ini: riset, evaluasi, dan disiplin. Tidak ada garansi dalam bisnis trading, bahkan kita bisa saja tenggelam dalam pekerjaan itu selama 40 jam seminggu dan hasilnya loss. Sebab itu, siapapun harus memastikan diri memiliki kepribadian dan kemampuan finansial yang memadai untuk bertarung di bisnis ini.
Mari kita simak ceklist berikut sebagai bahan refleksi diri.
Saya sih masih dalam tahap mencari jawaban atas pertanyaan-pertanyaan itu. Saat ini bukan fulltime trader, tetapi part-time. Gimana lagi, status masih jadi buruh dengan gaji bulanan hehehe
Namun demikian, di tahun kedua sebagai trader, saya sudah mulai rutin melakukan riset emiten dan juga teknikal. Saya main mengandalkan analisa teknikal, tetapi saham yang saya tradingkan yang fundamentalnya bagus, misalnya saham di LQ45 atau yang konsesnsus analis bilang fundamentalnya oke.
Ini yang saya garisbawahi dari tutorial trading as a business:
Meski sudah terjun sebagai pemodal, saya belum termasuk kategori trading for living. Trading for living ini adalah aktivitas orang yang memang sudah full time trader atau menggantungkan nafkahnya dari aktivitas trading.
Banyak yang tertarik untuk trading for a living, antara lain, tidak ada atasan tetapi menjadi bos untuk diri sendiri, dapat menentukan jadwal sendiri dan bekerja dari rumah atau dari mana pun sepanjang terhubung dengan internet sembari menikmati potensi penghasilan tak terbatas.
Menariknya, tidak seperti pekerjaan lain, untuk menjadi trader for a living tidaklah dipersyaratkan gelar atau spesialisasi tertentu, pendidikan khusus, atau pengalaman khusus.
Hanya saja, untuk bisa sukses trading sebagai bisnis, kita dituntut untuk komitmen terhadap waktu, mengatur emosi serta menajemen keuangan yang tepat.
Jean Folger dalam tulisannya di Investopedia itu mengungkapkan fakta tentang trading sebagai berikut:
- 90% day tradir mengalami kegagalan di tahun pertamanya.
- Tidak ada jalan untuk menyingkirkan risiko dalam trading.
- Tidak ada trading system yang 100% sukses.
- Kamu akan mengalami kerugian dalam trading, sehebat apapun kemampuanmu.
- Kamu perlu uang untuk menghasilkan uang - perlu waktu yang sangat lama untuk meraih kekayaan bila modalmu kecil.
- Trader independen yang sukses dapat memperoleh penghasilan yang meyakinkan, tetapi kebanyakan tidak sampai "kaya raya".
Ya, trading saham memang sangat gampang. Kita hanya perlu membuka akun di sekuritas kemudian mencet tombol buy setelah mendepositkan modal. Tapi, memperoleh gain tentu tak semudah itu.
Banyak trader mengalami kegagalan di tahun pertamannya--sebenarnya bisa saja di tahun-tahun kemudian-- karena tidak memiliki trading plan. Tak hanya di saham, setiap bisnis yang kurang atau bahkan tanpa perencanaan matang cenderung gagal.
Setelah terjun di market, kita bakal menemui banyak noise, termasuk iklan yang gencar dari para penjual stockpick yang menawarkan mimpi mudahnya meraih kekayaan dari main saham. Ada banyak sekali penjual stockpick yang mencari klien dengan tawaran menggiurkan. Bukan hanya penjual stockpick sih, tapi juga penjual seminar, training, hingga yang memberikan panduan dengan imbalan fee sekian persen dari gain yang kalau loss tidak mengompensasi kerugian.
"For most people, trading involves a lot of hard work before becoming successful," Investopedia.
Sebagai bisnis, trading menuntut syarat ini: riset, evaluasi, dan disiplin. Tidak ada garansi dalam bisnis trading, bahkan kita bisa saja tenggelam dalam pekerjaan itu selama 40 jam seminggu dan hasilnya loss. Sebab itu, siapapun harus memastikan diri memiliki kepribadian dan kemampuan finansial yang memadai untuk bertarung di bisnis ini.
Mari kita simak ceklist berikut sebagai bahan refleksi diri.
Am I driven to succed?
How do I handle losing?
Do I have time to dedicate to learning the business of trading?
Do I have my family's support?
Do I have money that I can afford to lose?
How do I deal with stress?
Do I have realistic expectations?
Saya sih masih dalam tahap mencari jawaban atas pertanyaan-pertanyaan itu. Saat ini bukan fulltime trader, tetapi part-time. Gimana lagi, status masih jadi buruh dengan gaji bulanan hehehe
Namun demikian, di tahun kedua sebagai trader, saya sudah mulai rutin melakukan riset emiten dan juga teknikal. Saya main mengandalkan analisa teknikal, tetapi saham yang saya tradingkan yang fundamentalnya bagus, misalnya saham di LQ45 atau yang konsesnsus analis bilang fundamentalnya oke.
Ini yang saya garisbawahi dari tutorial trading as a business:
Pasang target realistis
Memperlakukan trading sebagai bisnis--bukan hobi
Tidak tamak untuk cepat kaya.
Posting Komentar untuk "Trading as a Business, Mengasah Mental Bertarung "