Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Trading Style: Scalping, ODT, Swing, atau Position

TRADING STYLE. Telkom mau IPO, kamu beli kan? Itu kurang lebih kalimat yang terngiang-ngiang di kepala hingga akhirnya saat ini saya belajar investasi saham di Bursa Efek Indonesia. Padahal, itu saya dengar saat masih bau kencur, tapi tertanam kuat.

Saat itu saya masih bocah dan lagi senang-senangnya duduk melototin televisi. Iklan tentang rencana IPO saham Telkom yang kini di BEI berkode TLKM itu muncul berkali-kali sepanjang layar kaca itu menampilkan acara.

Saya jadi kepingin beli ketika itu. Tapi, apa daya uang belum ada, minta orang tua untuk itu enggak dikasih. Gimana mau dikasih, lha KTP aja belum punya kok sudah mau investasi, kurang lebih begitu kira-kira alasannya.

Seiring waktu, "cita-cita" menggenggam saham TLKM di harga IPO itu lenyap. Saat sekolah ternyata saya kurang begitu minat pelajaran akuntansi dan ekonomi. Saya cenderung menyukai pelajaran sejarah dan politik. Kesenangan saya mendapat momentum karena saat duduk di bangke SMA ada peristiwa reformasi yang kala itu semua orang membahasnya.

Meskipun saat kuliah tidak ambil jurusan ekonomi, tetapi minat pada bagaimana menjadi manusia ekonomi, tertempa karena saya ikut Koperasi Mahasiswa. Di Kopma inilah nalar bisnis dan investasi saya berkembang.

Setelah mempunyai penghasilan sendiri selepas kuliah, saya mulai merealisasikan minat lama untuk memiliki saham. Tapi, saya maju mundur ketika kawan kanan kiri bicara risiko. Karena niatan kuat, saya nekad beli reksadana. Reksadana pertama saya produk Schroeder, auto installment 100 ribu hehehe.

Setelah mengempit reksadana itu, saya mulai baca-baca soal pasar modal. Bacaan semakin fokus setelah saya mengambil sekolah pascasarjana yang meskipun bernaungnya di Fisip, tetapi ada mata kuliah ekonomi strategic. Kali ini minat saya terhadap pelajaran itu lebih kuat ketimbang ketika duduk di sekolah menengah, ya karena sudah merasa butuh mengembangkan net worth.

Setelah merasa cukup banyak membaca dan belajar soal investasi akhirnya saya beranikan diri buka akun sekuritas dan menaruh modal kecil-kecilan, yang itungan saya, biaya belajar lah. Saya cairkan reksadana yang lama, sebagian kecil buat tanam di RDI, dua pertiga kembali masuk reksadana, kali ini Ashmore, Schroeder, dan Panin Dana Ultima, ceritanya mulai mengenal diversikasi.

Seiring waktu berjalan, baru beberapa hari beli saham yang menurut analis securities serta rekomendasi pakar yang bertebaran di media, saya lihat untung lumayan. Tergoda, saya jual, dan beli lagi. Tapi, di pembelian entah yang keberapa, saya loss, dan saya biarkan dengan asumsi ah nanti juga naik lagi, tapi gatel lagi lihat saham sebelah yang naik kenceng, akhirnya CL dalam dan mengejar harga di puncak monas, jadilah kemudian cuan beserta modal tergerus dalam.

Itulah sekelumit proses bagaimana seseorang mengenal dunia pasar modal. Saya ambil cerita saya sendiri setelah membaca kalimat di Investopedia, bahwa kebanyakan orang mengenal pasar keuangan melalui investasi. Investasi dengan tujuan mendapatkan imbal hasil perlahan-lahan tetapi pasti sepanjang waktu

Bulan ini memasuki tahun kedua saya masuk pasar modal secara aktif. Mulai banyak kerugian saya derita sekaligus keuntungan saya dapat. Ternyata ilmu saham saya masihlah sangat terbatas, bahkan belakangan saya merasa bacaan saat kuliah ataupun persiapan masuk pasar dulu, tak aplikatif.

Sebab itulah mengapa blog ini lahir. Saya merasa nol besar ini kemudian mencoba menemukan diri di belantara pasar modal, ini adalah sebuah perenungan siapa saya?

Apakah saya investor atau trader? Pertanyaan itu yang setahun lalu saya tolak masuk benak karena tokh main saham tinggal klik buy lantas hold dan sell saat untung. Tapi kemudian ternyata tadi itu, bukannya buy low sel high, malah buy high sell low :)

Ya, sementara ini saya hybrid, ada portofolio investasi dan ada sebagian porsi buat trading, entah itu scalping, ODT, atau swing.

Baiklah, mari kita cerna kalimat-demi kalimat tutorial di investopedia ini.

Trading yang menguntungkan adalah buy low dan sell high, trader masuk dan keluar dalam waktu relatif pendek. Kalau istilahnya pemilik website rencanatrading.com, Satrio utomo, "Beli saat mau naik dan jual saat mau turun."

Jangka waktu bervariasi, dalam hitungan detik, menit, jam, hari, bulan, hingga tahun. Menurut penulis di Investopedia, berdasarkan jangka waktunya, ada empat style utama trading. Yaitu, position, swing, day, dan scalp.

Position Trading

Gaya ini mengombinasikan analisa teknikal dan fundamental dalam membuat rencana trading. Untuk membuat keputusan, menggunakan chart weekly dan monthly saat mengevaluasi market. Position trading cenderung mengabaikan fluktuasi harga harian dan lebih bersabar menunggu profit dalam jangka waktu yang lebih panjang. Bedanya dengan investor, position trader hanya menahan barang saat market uptrend.

Swing Trading

Swing trading merujuk pada gaya main saham dalam hitungan hari hingga pekan. Swing trading mengandalkan teknikal analisis dan pergerakan harga untuk menentukan titik entry dan exit, secara relatif mengabaikan aspek fundamental.

Day Trading

Jual dan beli saham di hari yang sama. Day trader tidak menginapkan barangnya, biasanya beli saat opening dan jual saat atau dekat closing atau bisa saja kapanpun saat melihat harga terbaik untuk keluar. Untuk gaya ini harusl full time memantau pergerakan harga, kalau sambil kerja kayaknya bakal amsyong deh.

Scalp Trading

Ini lebih ekstrim gayanya. Jangka waktunya menitan bahkan bisa jadi detik. Untuk mengompensasi perubahan harga yang relatif kecil, biasanya pakai margin. Ini harus benar-benar mantengin monitor, lihat running trade dan chart jangan sampai lewat.

Apa gayamu?

Ini faktor-faktor penting saat memilih trading style:


  • Account size
  • Amount of time that can be dedicated to trading
  • Level of trading experience
  • Personality
  • Risk tolerance


Time frame yang dipilih berkaitan dengan waktu yang siap didedikasikan untuk market. Misalnya, position trader dapat menghabiskan beberapa jam tiap pekannya untuk mengevalusi dan membuat rencana. Scalp trading, dituntut untuk fulltime dan menghabiskan setiap menit dalam sesi untuk mengatur peganagannya.

Pelaku pasar biasanya tidak ada yang hanya saklek pada satu gaya, tapi campur-campur, terkadang scalping, ODT, atau kadang nginepin barang buat dijual besoknya bila yakin open gap up atau malah membiarkannya sampai lama, "let the profits run."

Sumber: Investopedia, rencanatrading, terusbelajarsaham

3 komentar untuk "Trading Style: Scalping, ODT, Swing, atau Position "

  1. Scalping bikin orang jadi ketagihan trading
    Namun berat untuk profit konsisten dengan gaya ini

    BalasHapus
  2. bentuk bentuk sosialisasi tentang legalitas broker untuk masyarat luas sepertinya sekarang memang sangat penting,
    seperti apa yang membuatnya berbeda dengan judi dan tidak sama dengan judi, dan seperti apa regulasinya.
    Penting juga untuk melakukan simulasi pada demo akun pada setiap type akun.
    untuk mengetahui perbedaan kinerja laverage pada setiap type akun. dan jika ada trader yang ingin bebas dari swap,,
    Dapatkan akun bebas swap yang sesuai dengan hukum Syariah di tickmill

    BalasHapus
  3. Apabila Anda ingin mencoba-coba cara bermain forex dan belum ingin trading sungguhan, dapat pula mendaftar akun demo forex terlebih dahulu.

    BalasHapus