Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Saham Auto Reject

Hari ini saham-saham yang kemarin-kemarin manggung kena gampar sampai harganya mentok batas bawah. Tidak ada lagi bid, sementara offer menggunung. Kalaupun tidak sampai mentok, hanya tersisa bid tidak sampai lima tik.

Begitulah saham kalau pergerakannya bukan karena mekanisme supply and demand yang wajar, tapi gerakannya cenderung didominasi kemuan big money alias bandar.

Ya, satu dari beberaa saham yang mentok kiri itu, kemarin sempat pegang. Tapi, sudah lepas di hari itu juga ketika gerakannya balik turun. Untungnya sudah lepas sebelun terjun bebas.

Setelah melihat penurunan tajam seperti itu, kedongkolan seperti tertulis kemarin sedikit berkurang. Kerugiannya memang besar, tapi masih dalam batas kemampuan dan bisa dimanange meskipun kepayahan juga.

Ini juga jadi pembelajaran penting dalam perjalanan saya berikhtiar mencari keuntungan di pasar modal. Apa yang sebenarnya dibeli memang harus diingat dan diperhatikan.

Beli saham itu, seberapa pun kecil lot, tetaplah pada hakikatnya membeli perusahaan, tentu saja proporsional besarannya sesuai persentase saham beredar. Kepemilikan pemodal retail apalagi pemula seperti saya tentu sangatlah kecil bagiannya.

Namun, tetap saja harua diperhatikan apakah perusahaan yang kita beli itu sehat. Salah satu melihat sehat tidaknya ya apakah perusahaan masih menghasilkan laba atau tidak. Penting juga dilihat apakah labanya naik seiring waktu yang berarti bertumbuh atau tidak.

Setelah yakin perusahaannya sehat, prospek ke depan perlu dipikirkan. Misalnya saja, di bursa saham ada emiten transportasi semacam taksi yang kini tengah menghadapi ancaman dengan hadirnya transportasi online yang kata pakar dari UI modelnya bisnis sharing. Kalau sebut merek ya Blue BIRD dan TAXI Ekspress dibayangi kemunculan Uber, Grab, dan Gojek.

Kalau bicara prospek, dua emiten taksi terbesat di tanah air itu, meski keuangan perusahaan sampai saat ini masih baik-baik saja, dalam jangka panjang bukan mustahil akan tergerus hadirnya penantang-penantang baru itu.

Harga sahan keduanya kalau dibanding tahun lalu kini sudah anjlok drastis meskipun kalau dilihat sebulan terakhir saja tampak dalam trend naik. Kenaikan yang kencang beberapa hari belakangan, bahkan BIRD naik signifikan hari ini, bukan tak mungkin hanya sesaat yang bisa berujung pada penurunan tajam kembali.

Tapi, apakah manajemen perusahaan tidak kemudian lantas berbenah menyesuaikan perkembangan? Berdasarkan berita yang beredar sih, mereka berbenah dan berusaha beradaptasi dengan perkembangan teknologi informasi.

Blue Bird maupun TAXI kini juga mengembangkan aplikasi berbasis android dan ios demi bisa bersaing dengan transportasi berbasis aplikasi lainnya. Tapi, apakah kemudian mereka bisa melakukan efisiensi beban rutinnya, di saat pesaing-pesaingnya sudah sangat efisien karena sistem sharing tadi, pemilim mobil jadi mitra pengembang aplikasi.

Ah malah latah ikut-ikutan membahas taksi konvensional vs online. Oke, intinya kita harus mengenali perusahaan di balik saham yang akan kita beli. Wajib dipastikan apakah masih menghasilkan laba? Ini jadi peringatan buat saya, jangan lagi beli saham perusahaan yang merugi. 

Kalau laba turun dibanding kuartal atau tahun lalu masih boleh lah, dengan catatan outlook kuartal atau tahub depan menjanjikan.

Jadi, mulailah didata perusahaan yang masih untung. Hanya yang masuk list yang dianalisis secara teknikal untuk menentukan entry exitnya.

Posting Komentar untuk "Saham Auto Reject "