Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

IHSG Dibayangi 'Sell in May and Go Away'


Kita sudah berada di penghujung bulan April. Sepekan lagi, kita masuk bulan Mei. Bagi pelaku pasar modal, kerap beredar kekhawatiran akan terjadinya crash.
"Sell in May and Go Away" menjadi sangat akrab bagi telinga dan penghlihatan kita. Ya, kita kerap mendengar kalimat itu diucapkan, ataupun kita baca dalam grup chat saham yang kita ikuti ataupun berita-berita di media.

Apa sebenarnya "Sell in May and Go Away"



Strategi ini mengacu pada data historis di Bursa Saham Amerika Serikat, khususnya indeks Dow Jones Industrial Average. Berdasarkan data historis tersebut, return rata-rata selama bulan Mei-Oktober hanya sebesar 0,3% dibandingkan dengan return rata-rata pada bulan November-April yang sebesar 7,5%.

Jadi, 'nasihat' untuk menjual saham di bulan Mei dan masuk lagi pada bulan November memperhatikan pada potensi gain dibanding risiko yang muncul itu. Para trader biasanya melepas sebagian posisi atau seluruhnya di bulan itu dan baru masuk lagi di bulan November.

Lantas, apakah nasihat itu juga berlaku di bursa saham Indonesia?

Mari kita lihat chartnya.



Chart di atas menunjukkan pergerakan IHSG tahun 2013, 2014, 2015, hingga saat ini, April 2016. Chart menggunakan weekly agar bisa mencakup rentang tahun lebih panjang dan terlihat lebih jelas.

Keyakinan umum bahwa bulan Mei adalah saatnya menjual dan baru masuk lagi pada Oktober-Desember tampaknya terbukti ampuh untuk menyelematkan kapital dan memperoleh cuan tebal.

Namun, situasi berbeda pada rebound 2014, Memang, pada bulan Mei terjadi koreksi, tapi koreksinya tidak dalam dan cepat rebound pada bulan Juni hingga Agustus. Hanya koreksi sebentar di bulan September dan justru kemudian melanjutkan rally hingga akhir tahun.

Nah, bagaimanakah peluangnya tahun ini?

Para analis sih sepertinya yakin kalau fenomena sell in may tahun ini tidak akan separah 2013 atau 2015, tapi justru berpotensi melanjutkan kenaikan karena berbagai sentimen positi yang muncul saat ini. Sejumlah chartist profesional sudah menunjukkan keyakinannya dengan memperlihatkan chart bahwa arah IHSG ke atas 5000. Karena saya tidak mendapatkan izin menampilkan di sini dan ilmu saya belum cukup untuk menggambar hal serupa mohon maaf tidak ditampilkan di sini.

Namun demikian, saya tetap menjaga manajemen risiko. Sebab itu, April ini saya menarik 2/3 dana untuk dialokasikan ke tempat lain. Ya, saya masih trading di bursa dengan acuan IHSG, tapi tinggal sepertiga modal awal yang saya pakai untuk menghadapi bulan Mei.

Investasi saya di reksadana masih saya biarkan berjalan, dan justru saya tambahkan ke sana.

Posting Komentar untuk "IHSG Dibayangi 'Sell in May and Go Away'"