Sudah Berdarah-darah, yang Terburuk Belum Terjadi?
TREN BEARISH IHSG. Sejak awal tahun, tulis Bisnis Indonesia (16/8), Indeks Harga Saham Gabungan telah terkoreksi 12,27%. Penurunan dalam. Bahkan, terdalam bila dibandingkan bursa-bursa di kawasan Asia Tenggara.
Data dari Bursa Efek Indonesia (BEI) yang dilansir harian itu membandingkan kinerja bursa di 13 negara termasuk Indonesia terhitung sejak Januari hingga 14 Agustus 2015.
Meski turun tajam dalam beberapa pekan belakangan, Indeks Bursa China ternyata menguat paling tinggi bila dihitung sejak awal tahun. Penguatannya mencapai +22,59%, disusul Jepang +17,58%, Korea Selatan +3,54%.
Adapun Filipina menguat +2,46%, India +2,08%, Hongkon +1,64%, dan Inggris +0,53%.
Adapun bursa yang turun menemai Indonesia adalah Australia -0,53%, Amerika Serikat -3,20%, Thailand -5,58%, Singapura -7,46%, Malaysia -9,34%, dan Indonesia -12,27%.
Penurunan terbesar di IHSG dialami sektor industri kimia dasar sebesar -33,85%. Tercatat hanya satu yang menguat, yaitu sektor perdagangan jasa dan investasi sebesar +1,91%.
Namun demikian ada juga yang memperkirakan IHSG bakal rebound untuk perdagangan pekan depan. IHSG turun tajam pekan lalu diakibatkan aksi jual dipicu devaluasi Yuan dan pelemahan rupiah. Dia menilai reaksi pasar yang berlebihan itu sudah terlihat mereda diujung pekan dengan tampaknya aksi bargaing hunting di beberapa saham big cap dan lapis dua.
Fluktuasi liar cenderung turun itu membuat market cap saham di BEI tergerus hingga mencapai Rp4.741 triliun dari sebelumnya bertengger di atas Rp5.000 triliun.
Penurunan IHSG itu berimbas pada berubahnya komposisi kapitalisasi pasar di BEI. Posisi market cap BBCA, UNVR, dan PGAS melorot. Sebaliknya HMSP, TLKM, dan GGRM merangsek naik, sedangkan ASII, BBRI, BMRI, dan BBNI stagnan.
Berikut ini urutan big cap per 14 Agustus 2015. PT HM Sampoerna (HMSP) Rp354 T, Bank Central Asia (BBCA) Rp323 T, PT Telekomunikasi Indonesia (TLKM) Rp290 T, PT UNilever Indonesia (UNVR) Rp281 T, PT Astra International (ASII) Rp260 T.
Bank Rakyat Indonesia (BBRI) Rp250 T, Bank Mandiri (BMRI) Rp208 T, PT Gudang Garam (GGRM) Rp89 T, Bank Negara Indonesia (BBNI) Rp84 T, dan Perusahaan Gas Negara (PGAS) Rp82 T.
Menurut analis pemilik situs rencanatrading.com, Satrio Utomo, pasar pekan depan didominasi sentimen positif. Dia merinci antara lain, tercapainya persetujuan bail out Yunani yang telah membuat indeks Dow Jones Industrial naik 0,4% pada perdagangan Jumat (14/8).
Namun, tulis Satrio di situsnya, krisis Yuan yang disikapi dengan tegang membuat pasar terlihat ragu-ragu dalam menyikapi pidato RAPBN yang disampaikan Presiden Jokowi dalam sidang paripurna DPR.
Nah, bagaimana saya? Saya sih cenderung berharap naik. Apakah karena saya optimis dengan pidato presiden? Bukan karena itu juga sih, tapi lebih karena saya punya posisi, masuk di emiten konstruksi dan tekstil yang lagi jadi buah bibir.
Data dari Bursa Efek Indonesia (BEI) yang dilansir harian itu membandingkan kinerja bursa di 13 negara termasuk Indonesia terhitung sejak Januari hingga 14 Agustus 2015.
Meski turun tajam dalam beberapa pekan belakangan, Indeks Bursa China ternyata menguat paling tinggi bila dihitung sejak awal tahun. Penguatannya mencapai +22,59%, disusul Jepang +17,58%, Korea Selatan +3,54%.
Adapun Filipina menguat +2,46%, India +2,08%, Hongkon +1,64%, dan Inggris +0,53%.
Adapun bursa yang turun menemai Indonesia adalah Australia -0,53%, Amerika Serikat -3,20%, Thailand -5,58%, Singapura -7,46%, Malaysia -9,34%, dan Indonesia -12,27%.
Penurunan terbesar di IHSG dialami sektor industri kimia dasar sebesar -33,85%. Tercatat hanya satu yang menguat, yaitu sektor perdagangan jasa dan investasi sebesar +1,91%.
Sudah melemah setajam itu, masihkah IHSG akan turun lebih dalam? Ataukah sudah mencapai dasarnya dan sudah berancang-ancang rebound atau bahkan rally untuk mencapai level 6000 sebagaimana diprediksi sejumlah analis yang optimis terhadap kinerja Pemerintahan Jokowi?Tidak ada yang pasti memang. Belakangan sejumlah analis mendowngrade IHSG dan beberapa emiten yang mereka analisis.
Pidato Presiden Belum Mampu Angkat IHSG http://t.co/V3NIL9X614 pic.twitter.com/9RJ0Pi4wbu
— Okezone (@okezonenews) August 14, 2015
Reshuffle Kabinet Tak Mampu Jadi Sentimen Positif IHSG http://t.co/aMykxEdLT6
— TEMPO.CO (@tempodotco) August 12, 2015
Namun demikian ada juga yang memperkirakan IHSG bakal rebound untuk perdagangan pekan depan. IHSG turun tajam pekan lalu diakibatkan aksi jual dipicu devaluasi Yuan dan pelemahan rupiah. Dia menilai reaksi pasar yang berlebihan itu sudah terlihat mereda diujung pekan dengan tampaknya aksi bargaing hunting di beberapa saham big cap dan lapis dua.
Fluktuasi liar cenderung turun itu membuat market cap saham di BEI tergerus hingga mencapai Rp4.741 triliun dari sebelumnya bertengger di atas Rp5.000 triliun.
Penurunan IHSG itu berimbas pada berubahnya komposisi kapitalisasi pasar di BEI. Posisi market cap BBCA, UNVR, dan PGAS melorot. Sebaliknya HMSP, TLKM, dan GGRM merangsek naik, sedangkan ASII, BBRI, BMRI, dan BBNI stagnan.
Berikut ini urutan big cap per 14 Agustus 2015. PT HM Sampoerna (HMSP) Rp354 T, Bank Central Asia (BBCA) Rp323 T, PT Telekomunikasi Indonesia (TLKM) Rp290 T, PT UNilever Indonesia (UNVR) Rp281 T, PT Astra International (ASII) Rp260 T.
Bank Rakyat Indonesia (BBRI) Rp250 T, Bank Mandiri (BMRI) Rp208 T, PT Gudang Garam (GGRM) Rp89 T, Bank Negara Indonesia (BBNI) Rp84 T, dan Perusahaan Gas Negara (PGAS) Rp82 T.
Menurut analis pemilik situs rencanatrading.com, Satrio Utomo, pasar pekan depan didominasi sentimen positif. Dia merinci antara lain, tercapainya persetujuan bail out Yunani yang telah membuat indeks Dow Jones Industrial naik 0,4% pada perdagangan Jumat (14/8).
Namun, tulis Satrio di situsnya, krisis Yuan yang disikapi dengan tegang membuat pasar terlihat ragu-ragu dalam menyikapi pidato RAPBN yang disampaikan Presiden Jokowi dalam sidang paripurna DPR.
"Mau dibilang bagus... kok rasanya omongannya 'tidak napak bumi' (tidak sesuai dengan kondisi saat ini). Mau dibilang jelek... kok harga saham-saham terlihat malah cenderung mau bergerak naik. Sebuah pilihan yang sulit," tulis Satrio.
Nah, bagaimana saya? Saya sih cenderung berharap naik. Apakah karena saya optimis dengan pidato presiden? Bukan karena itu juga sih, tapi lebih karena saya punya posisi, masuk di emiten konstruksi dan tekstil yang lagi jadi buah bibir.
KontanNews : IHSG pekan depan berpeluang menguat http://t.co/xnzTRdA7JS (via Twitter http://t.co/FL3ipgKzXn) pic.twitter.com/ALWm3CpZ8X
— indoberitanews (@indberitanews) August 15, 2015
Komentar
Posting Komentar