Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Investor atau Trader Saham, Bukan Gambler

Trader yang sukses itu bawaan lahir atau hasil penempaan? Menurut Alexander Elder, tidak gampang menjawab pertanyaan sederhana itu. Di buku berjudul Come Into My Trading Room, A Complete Guide to Trading, Elder menegaskan bahwa bakat dan belajar sama-sama penting, tetapi porsinya berbeda bagi setiap orang.

Orang yang memang berbakat sebagai trader, bakal jenius mengikuti arah market meski hanya perlu sedikit belajar. Sementara orang yang tidak berbakat pada awalnya tetap bisa sukses asalkan tekun belajar dan berlatih. Namun demikian, "at the other are gamblers and dunces, whom no classes are likely to help."

Jadi, undangan memasuki ruang trading Elder itu untuk orang yang tampaknya tidak berbakat menjadi trader, tetapi antusias terus belajar dan melatih kempampuannya.

Pasar modal bak hutan belantara. Pemula di pasar modal dapat diibaratkan orang yang hendak memasuki petualangan dalam belantara itu. Di hadapannya terbentang setidaknya tiga persimpangan pertama.

Persimpangan itu secara garis besarnya adalah jalur seorang investor, jalur trader, dan jalur gambler. Pemodal perlu mengenali apakah dia akan terjun sebagai investor atau trader agar tak terjebak dalam jalur berbahaya, yakni GAMBLER.

Secara singkat, investor adalah membeli saham sebagai investasi jangka panjang dengan pendekatan analisa fundamental. Trader jangka waktunya lebih pendek sebagaimana pernah saya ulas di bagian terdahulu, dan gambler adalah spekulator pemburu rumor dan biasanya yang ditradingkan saham gorengan.

Tertarik investasi, baca: Saham Tenbagger, Stockpick ala Peter Lynch

Di coretan singkat ini, saya lebih menyoroti bagaimana trading. Pastilah trading, karena kan buku yang lagi saya baca ini dari judulnya saja, Come to my Trading Room.

Menurut Elder, trader menghasilkan uang dengan mengikuti pergerakan harga jangka pendek ---bener nggak terjemahan ini dari, "Traders make money by betting on short-term price swing." Caranya, beli ketika harga mau naik dan jual ketika gerakan naik berakhir, atau kalau kata Satrio Utomo, "beli ketika mau naik dan jual ketika mau turun."

Agar bisa survive menjadi trader, Elder mengharuskan kita menguasi psikologi, market analysis, dan money management.

Baca: Mau Profit dari Saham, Siapkan Trading Plan!

Elder mengungkapkan ada dua pendekatan utama untuk mendapatkan profit dari market. Pertama, momentum trading, yaitu buy ketika harga mulai rally naik dan jual ketika kekuatan beli mulai turun. Hanya saja, tidak gampang mengetahui awal trend naik, pemodal pemula kerap terjebak entry ketika harga sudah terbang dan kemudian nyangkut di puncak monas.

Yang kedua, adalah kontrarian. Soal ini saya kurang mengerti maksudnya Elder, dari pada salah saya tidak pakai metode ini buat trading ... tapi kalau kata temen-temen sih ini namanya bottom fishing, yaitu mencoba mendapatkan harga bawah saat IHSG koreksi dan yakin besoknya open gap up dan rally ke uptrend lagi.

Elder kembali mengingatkan untuk memantapkan posisi kita di market, apakah sebagai investor, momentum trading, atau countertrend trading. Kan di atas kita memilih posisi sebagai trader, yuk simak peringatan Elder, "Once you've entered a trade, manage it as planned! Don't change your tactics in the mids of a trade because then you'll contribute to the winners' welfare fund."

Baca: Trading as A Business, Menyiapkan Mental Bertarung

Pemula cenderung memikirkan kapan masuk ketika profesional sudah berpikir untuk keluar. Profesional fokus pada money management, mengkalkulasi size posisinya, serta mencatat rapi apa yang ditradingkan.

Petuah Elder di atas sangat terkenal dengan 3 M, yaitu Mind, Method, Money. Apa itu, kita bahas di bagian selanjutnya.

Posting Komentar untuk "Investor atau Trader Saham, Bukan Gambler"