Psikologi Trading, Emosi yang Mempengaruhi Investor
Teori market efisien didasarkan pada asumsi bahwa orang yang rasional melakukan transaksi dengan pertimbangan untuk memaksimalkan keuntungan dan meminimalkan kerugian. Namun demikian, manusia bukanlah robot yang tidak punya emosi.
Emosi dengan segala ragam warnanya cenderung membayangi kita dalam mengambil keputusan sehingga kerap kali keputusan yang kita pilih tidak rasional.
Ini saya sadur sebuah artikel yang membuat saya manggut-manggut mengiyakan. Artikel ini karya seorang Manajer Investasi Profesional, Sean Hannon, CFA, CFP. Artikel itu diunggah pada 14 Mei 2009 di situs stocktrader.com.
Menurut artikel itu, karena kita tidak pernah bisa menaklukkan bias emosional yang melekat, maka kita harus memahami agar respons yang kita ambil tepat. Dengan memahami tahapan siklus emosi ini, kita relatif bisa lebih siap menghadapi fluktuasi emosional yang bak roller coaster dalam berselancar di bursa.
Ada 14 macam tahap dalam siklus emosi itu, sebagai berikut.
1. Optimism ~ Outlook positif mendorong kita untuk membeli saham.
2. Excitement ~ Mulai melihat jalan sukses di pasar modal.
3. Thrill ~ Mulai merasakan sensasi "kesuksesan" dan tak kuasa menahan untuk tidak berujar "Wow, am I smart".
4. Euphoria ~ Saat orang-orang dilanda euforia inilah sebenarnya risiko tinggi mengintai. Setelah melihat betapa gampangnya profit di market, orang cenderung mengabaikan risiko dan semakin berhasrat setiap trading pasti cuan.
5. Anxiety ~ Ketika market mulai bergerak berlawanan dengan posisi kita. Saat awal terjadi koreksi, kita enggan cut loss sembari berkata dalam hati bahwa saya investor long term, stockpick saya pasti benar.
6. Denial ~ Ketika market tidak juga rebound, kita tidak tahu bagaimana harus merespons, kita mulai menyangkal bahwa pilihan kita salah.
7. Fear ~ Market bikin pusing tujuh keliling. Kita mulai yakin, saham pegangan tak akan balik ke harga awal.
8. Desperation ~ Tidak tahu apa yang harus dilakukan, mulai tanya kanan kiri bagaimana agar kerugian kembali setidaknya balik modal.
9. Panic ~ Mulai kehabisan ide, kemanapun melangkah ketemu jalan buntu, sementara kerugian semakin besar.
10. Capitulation ~ Mendadak yakin portofolio tidak akan balik ke posisi awal, akhirnya jual rugi seluruh saham yang dipegang.
11. Despondency ~ Putus asa. Sudah keluar dari market dan bersumpah tak akan lagi main saham.
12. Depression ~ Tak habis pikir, kenapa telah bertindak begitu bodoh. Mencoba melupakan, tak mau memahami mengapa apa yang telah dilakukan sebelumnya.
13. Hope ~ Harapan terlihat. Tertarik kembali karena memahami pasar bergerak dalam siklus, dan memulai lagi untuk kesempatan berikutnya.
14. Relief ~ Setelah membeli saham yang ternyata menguntungkan, timbul keyakinan baru bahwa ada masa depan dalam berinvestasi.
Menurut manajer investasi profesional itu, setiap individu mengalami siklus ini dalam setiap proses pengambilan keputusannya. Indeks harga saham baik Dow Jones, IHSG, ataupun lainnya mencerminkan siklus tersebut.
Tahapan-tahapan emosi dalam siklus itu penting kita pahami agar kita memiliki pemahaman yang benar bagaimana emosi mempengaruhi keputusan investasi. Pengetahuan ini dapat menolong kita dalam mengelola portofolio mengikuti arus besar market.
Emosi dengan segala ragam warnanya cenderung membayangi kita dalam mengambil keputusan sehingga kerap kali keputusan yang kita pilih tidak rasional.
Ini saya sadur sebuah artikel yang membuat saya manggut-manggut mengiyakan. Artikel ini karya seorang Manajer Investasi Profesional, Sean Hannon, CFA, CFP. Artikel itu diunggah pada 14 Mei 2009 di situs stocktrader.com.
Menurut artikel itu, karena kita tidak pernah bisa menaklukkan bias emosional yang melekat, maka kita harus memahami agar respons yang kita ambil tepat. Dengan memahami tahapan siklus emosi ini, kita relatif bisa lebih siap menghadapi fluktuasi emosional yang bak roller coaster dalam berselancar di bursa.
Ada 14 macam tahap dalam siklus emosi itu, sebagai berikut.
1. Optimism ~ Outlook positif mendorong kita untuk membeli saham.
2. Excitement ~ Mulai melihat jalan sukses di pasar modal.
3. Thrill ~ Mulai merasakan sensasi "kesuksesan" dan tak kuasa menahan untuk tidak berujar "Wow, am I smart".
4. Euphoria ~ Saat orang-orang dilanda euforia inilah sebenarnya risiko tinggi mengintai. Setelah melihat betapa gampangnya profit di market, orang cenderung mengabaikan risiko dan semakin berhasrat setiap trading pasti cuan.
5. Anxiety ~ Ketika market mulai bergerak berlawanan dengan posisi kita. Saat awal terjadi koreksi, kita enggan cut loss sembari berkata dalam hati bahwa saya investor long term, stockpick saya pasti benar.
6. Denial ~ Ketika market tidak juga rebound, kita tidak tahu bagaimana harus merespons, kita mulai menyangkal bahwa pilihan kita salah.
7. Fear ~ Market bikin pusing tujuh keliling. Kita mulai yakin, saham pegangan tak akan balik ke harga awal.
8. Desperation ~ Tidak tahu apa yang harus dilakukan, mulai tanya kanan kiri bagaimana agar kerugian kembali setidaknya balik modal.
9. Panic ~ Mulai kehabisan ide, kemanapun melangkah ketemu jalan buntu, sementara kerugian semakin besar.
10. Capitulation ~ Mendadak yakin portofolio tidak akan balik ke posisi awal, akhirnya jual rugi seluruh saham yang dipegang.
11. Despondency ~ Putus asa. Sudah keluar dari market dan bersumpah tak akan lagi main saham.
12. Depression ~ Tak habis pikir, kenapa telah bertindak begitu bodoh. Mencoba melupakan, tak mau memahami mengapa apa yang telah dilakukan sebelumnya.
13. Hope ~ Harapan terlihat. Tertarik kembali karena memahami pasar bergerak dalam siklus, dan memulai lagi untuk kesempatan berikutnya.
14. Relief ~ Setelah membeli saham yang ternyata menguntungkan, timbul keyakinan baru bahwa ada masa depan dalam berinvestasi.
Menurut manajer investasi profesional itu, setiap individu mengalami siklus ini dalam setiap proses pengambilan keputusannya. Indeks harga saham baik Dow Jones, IHSG, ataupun lainnya mencerminkan siklus tersebut.
Tahapan-tahapan emosi dalam siklus itu penting kita pahami agar kita memiliki pemahaman yang benar bagaimana emosi mempengaruhi keputusan investasi. Pengetahuan ini dapat menolong kita dalam mengelola portofolio mengikuti arus besar market.
Posting Komentar untuk "Psikologi Trading, Emosi yang Mempengaruhi Investor"