Saham Tenbagger, Stockpick ala Peter Lynch
Buku Lynch berjudul "One Up On Wallstret" yang ditulisnya pada 1989 dan "Beating The Street" terbitan 1993 banyak direkomendasikan untuk dibaca buat pemula main saham.
Siapa itu Peter Lynch? Pria kelahiran Newton, Massachusetts, pada 1944, itu mendapatkan gelar Sarjana di Bidang Sejarah, Psikologi dan Filsafat dari Boston College pada 1965.
Lynch sempat "terjebak" di dunia militer selama dua tahun sebelum kemudian melanjutkan pascasarjananya di Wharton School at the University of Pennsylvania. Gelarnya, Master of Business Administration.
Lynch mengawali karier pasar modal sebagai investmen analyst di Fidelity Investments. Gemilang, kariernya menanjak hingga menjadi manajer dan kemudian setelah pensiun dari pekerjaan, dia diangkat menjadi Vice Chairman di Fidelity Investmen.
Kepiawaiannya membuat dana kelolaanya menggendut berlipat-lipat.
Bagaimana gaya investasi yang membuatnya sukses itu?
1. Only Buy What You Understand
Lynch mengungkap sebuah rahasianya melakukan riset saham. Mata, telinga, dan akal sehat.
Apa maksudnya?
Menurut Lynch, dia mendapatkan ide sebuah saham berpotensi naik berkali-kali lipat di masa depan dari pengamatannya terhadap sekeliling. Misalnya, saat ngemal, berbelanja di pusat perbelanjaan, hingga saat ngobrol santai dengan teman atau keluarga.
Singkat kata, barang atau jasa yang kita konsumsi sehari-hari terus menerus kita konsumsi pasti menguntungkan bagi produsennya. Nah, banyak produsen baik yang menghasilkan produk barang maupun jasa mendaftarkan perusahaanya di bursa, menjadi emiten yang sahamnya bisa kita miliki melalui transaksi, bagi kita di Indonesia, ya melalui Bursa Efek Indonesia.
2. Always Do Your Homework
"Observasi tangan pertama" tadi menghasilkan ide besar, bukan? Misalnya saja, ke Swalayan, kita beli sabun, shampo, parfum, minyak rambut, beras, susu, keliatan bukan brandnya apa dan siapa yang bikin. Yang paling laris punya siapa, itulah perusahaan yang sebaiknya kita ikut investasi agar ikut cuan.
Namun demikian, tentu ide besar itu masih memerlukan tindak lanjut berupa riset yang lebih mendalam bila kita serius mau berinvestasi. Untuk itu, Lynch menawarkan sejumlah indikator untuk menguji apakah emiten itu layak sahamnya kita kantongin.
- Percentage of Sales
Setelah memiliki shortlist untuk wathlist saham incaran, perlu diteliti apakah persentase penjualannya cukup signifikan? Di kalangan analis fundamental lazim dipakai istilah net income atau earning per share. Jadi, yang perlu digarisbawahi adalah keyakinan atau prediksi kita atau ramalan atau forecast emiten itu apakah EPS bakal meningkat tiap tahun, tiap semester, tiap kuartal? Jika iya, bolehlah itu masuk watchlist. Jika tidak, coret dari shortlist.
- PEG Ratio
Yaitu, rasio antara valuasi dengan rate earnings growth. Emiten yang memiliki pertumbuhan tinggi dengan PEG ratio 2 atau lebih layak masuk ke dalam stockpick watchlist kita.
- Emiten bagus memiliki posisi cash kuat dan rasio utang atau Debt to Equity ratios rendah.
Cash flows yang kuat serta manajemen yang pruden dalam mengelola aset memberikan kenyamanan bahwa perusahaan bakal terus eksis dalam segela kondisi market.
3. Invest for the Long Run
Lynch memopulerkan istilah "tenbagger" untuk menggambarkan saham yang dapat bertumbuh hingga sepuluh kali lipat atau 1000%. Rule nomor satu untuk mendapatkan tenbagger adalah tidak menjualnya ketika naik 40% atau bahkan 100%. Tentu saja, untuk kenaikan sebesar itu tidak terjadi dalam waktu singkat bukan?
Ummm ... btw, belakangan ini di BEI ada saham yang jadi buah bibir karena kenaikannya dalam waktu singkat hingga lebih dari 100%, yaitu KREN. Apakah itu tenbagger? Bagi yang menghold saham itu di bawah Rp500 per lembarnya tentu saja sudah mendekati dengan harganya saat ini >Rp2000. Tapi, apakah itu akan bertahan dalam jangka waktu yang lebih lama? Lets watch the show ....
Posting Komentar untuk "Saham Tenbagger, Stockpick ala Peter Lynch"
Posting Komentar